Beranda > Artikel > Belajar Wirausaha

Belajar Wirausaha

Pada postingan sebelumnya di Standardisasi’s Blog membahas tentang ”Emak Ingin Naik Haji”Unggulan FFB 2010, dan kali ini saya akan membahas tentang Belajar Wirausaha. Sejak kecil Rahmat Hidayat sudah hidup di lingkungan wirausaha. Setelah dewasa, dia pun terjun menekuni bisnis pembuatan bak truk demi melestarikan usaha orang tua. PAPAN kecil dengan tulisan Karoseri Bak Truk Cibitung Raya II dengan alamat Jalan Imam Bonjol, Cibitung, Bekasi, menjadi penunjuk arah menuju ke bengkel usaha milik Rahmat. Tempatnya agak tersembunyi. Jalan menuju ke bengkel usahanya hanya jalan semipermanen dengan di sampingnya mengalir anak Sungai Kalimalang.

Bagi masyarakat yang belum tahu cerita di balik bengkel usaha yang nyempil tersebut mungkin bakal sedikit meremehkan. ”Ya beginilah tempat workshop saya, agak nyempil (tersembunyi),” kata Rahmat saat ditemui SI. Saat SI berkunjung ke lokasi bengkel usahanya, terlihat beberapa karyawan Rahmat tengah mengerjakan berbagai jenis karoseri bak truk. Ada yang sedang melakukan pengampelasan, memotong kayu, memilih cat, ada juga yang tengah melakukan tahapan penyelesaian akhir pembuatan bak truk. Para karyawan Rahmat terlihat begitu menikmati pekerjaannya. Sikap Rahmat yang familier membuat para karyawannya terlihat tak ada beban. Bisa dikatakan, tak ada jarak antara bos dan bawahannya.

Sikap seperti itu, di mana Rahmat memosisikan dirinya tidak sebagai bos di hadapan karyawannya, diungkapkan pria asal Cirebon tersebut semata-mata agar para karyawannya dapat bekerja optimal. Sebisa mungkin saya menganggap mereka bagian dari keluarga besar, ungkapnya. Sikap ayah tiga anak tersebut tak lepas dari didikan ayahanda tercinta H Suleman yang kebetulan telah tiada. Bagi Rahmat, mendiang ayahnya adalah guru terbaik. Guru yang mengajarinya dalam pengelolaan perusahaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Rahmat bercerita, semasa hidupnya, ayahnya yang banyak memberikan bekal ilmu berharga. Sebagai anak yang diberi tugas meneruskan usaha orang tua,Rahmat mengaku sudah dididik mandiri sejak muda. Beliau yang mengajari saya bagaimana mengelola perusahaan, dari soal manajemen, cara menangani pelanggan hingga lainnya.

Pelajaran itu begitu berkesan bagi saya. Di umur saya yang begitu muda waktu itu, saya mendapat bekal ilmu wirausaha yang begitu luar biasa dari ayah saya, ujarnya. Rahmat pun mengaku sering diajak bertemu dengan para pelanggan, melihat cara kerja para karyawan perusahaan dan selukbeluk usaha karoseri bak truk secara mendalam oleh mendiang ayahnya. Sejak masih SMA, saya sudah banyak dilibatkan dalam cara mengelola perusahaan ini, ujarnya. Bekal ilmu yang diajarkan oleh orang tua Rahmat faktanya menyimpan manfaat luar biasa. Secara tak sadar, Rahmat telah mewarisi jurus-jurus usaha di bidang karoseri bak truk yang dimiliki orang tuanya. Maka, saat ayahnya meninggal, Rahmat pun mengaku memiliki bekal cukup untuk meneruskan usaha orang tuanya. Usaha Karoseri Cibitung Raya yang sudah dimulai pada 1970-an oleh H Suleman pun mulai berpindah tangan kepada Rahmat.

Dia mulai mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan perusahaan pada 1997 sekaligus mengganti nama usahanya menjadi Cibitung Raya II sebagai penanda bahwa dia adalah generasi kedua ahli waris takhta perusahaan orang tuanya. Sejak diambil Rahmat, usaha karoseri bak truk Cibitung Raya tak mengalami guncangan berarti. Cibitung Raya tetap mampu mempertahankan kualitas produknya sehingga para pelanggan lama yang sudah bekerja sama tak berpaling ke perusahaan lain. Malah, melalui terobosanterobosan dan ilmu-ilmu baru di bidang manajemen dan pemasaran yang didapat Rahmat, baik melalui literatur maupun bangku kuliah,nama perusahaan karoseri Cibitung Raya II berkibar. Pelanggan-pelanggan baru pun mulai berdatangan.

Baik dari pribadi, perusahaan ekspedisi maupun kontrak-kontrak dengan pihak lain. Beberapa ajang pameran karoseri yang pernah diikuti Rahmat pun turut mengangkat nama Cibitung Raya II. Menurut Rahmat, hal terpenting yang membuat usahanya mendapat kepercayaan pelanggan adalah masalah kualitas produk, harga yang bersaing, dan upaya untuk tepat waktu dalam pengerjaan. Kalau misalnya kita janji seminggu selesai, ya kita usahakan seminggu selesai, ujarnya. Selain itu, upaya meyakinkan pelanggan pun kerap dilakukan Rahmat dengan senantiasa memberikan pelayanan terbaik. Prinsip pembeli adalah raja benar-benar diterapkan Rahmat sebagai pemilik usaha di sektor jasa.

Menurut Rahmat, cara terbaik menghadapi pelanggan adalah sabar karena mereka memiliki karakter berbeda-beda. Tak dapat dimungkiri kami juga pernah menerima komplain atau keluhan dari pelanggan. Kami terima itu sebagai sebuah masukan positif. Kalau kita tidak bersikap sabar,yapelanggan bakal lari, paparnya. Upaya mencari pelangganpelanggan baru pun dilakukan Rahmat melalui berbagai kegiatan semisal dari perkenalan. Bahkan, dia tengah memikirkan untuk mencoba menggunakan jalur internet, fasilitas nirkabel yang kini banyak dimanfaatkan orang untuk melakukan berbagai aktivitas. Tiap hari, tak jarang Rahmat pun harus bolak-balik Jakarta– Cibitung hanya untuk menemui pelanggannya atau meyakinkan pelanggannya.

Biasanya pukul 10.00 WIB saya ke Jakarta, sorenya balik lagi untuk menemui pelanggan, ujarnya. Tak sia-sia,kerja keras banting tulang yang dilakukan suami dari Yuli Sriharyanti tersebut berbuah manis. Selain pelanggan dari kawasan Jabotabek, Cibitung Raya II juga sudah menerima pesanan dari wilayah luar Pulau Jawa seperti Papua, Kalimantan, NusaTenggara. Produk-produk yang menjadi incaran para pelanggan adalah bak truk dengan bahan kayu maupun besi. Tapi, kebanyakan Cibitung Raya II mengerjakan pesanan untuk pengerjaan bak truk dari bahan kayu. Setiap bulannya tak kurang 15–20 bak truk dengan harga jual antara Rp11 juta–40 juta berhasil diproduksi oleh perusahaan yang dimiliki Rahmat.

Tapi kebanyakan yang laris di pasaran adalah bak truk yang harganya Rp14 juta. Itu menjadi andalan produk kami, ujar Rahmat. Dengan kapasitas produksi seperti sekarang, Rahmat mengaku mendapatkan omzet sekitar Rp150 juta per bulan. Meski usahanya terbilang berkembang, Rahmat mengaku masih punya harapan yang hendak diwujudkannya. Dia ingin juga perusahaannya tidak hanya fokus pada pengerjaan bak kayu, tapi juga mampu mengerjakan karoseri dari produk besi untuk jenis dam truk dan lainnya. Ke depannya, dia juga ingin Cibitung Raya II menambah peralatan produksi sehingga tidak hanya pembuatan bak truk saja yang dikerjakan, tapi juga pengerjaan variasi bak truk seperti pengecatan dengan air brush yang sekarang marak. Untuk mewujudkan semua itu, Rahmat mengaku memerlukan modal. Kendala modal menjadi masalah yang dihadapi Rahmat saat ini. Sebab, untuk bisa seperti itu,perusahaannya mesti memiliki perputaran modal yang besar. Kita jalan pelan-pelan, semoga bisa, ujarnya.

Kategori:Artikel Tag:
  1. April 8, 2010 pukul 7:44 pm

    DI jaman susah ini…kalo cuma ngandelin gaji rasanya rada berat,,,bagus juga kalo berani buka wira usaha…

  2. April 9, 2010 pukul 7:32 am

    Betul itu mas Thomas, salam kenal…

    • April 9, 2010 pukul 10:52 am

      Salam balik ya…..bagaimana kalau berbagi taut??

  3. April 11, 2010 pukul 8:01 pm

    Bloleh mas Thomas, saya pasang duluan ya, saya tunggu tautan baliknya…

  4. Juli 31, 2010 pukul 8:29 am

    postinganya inspiratif banget, 😀

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke Thomas Batalkan balasan